DEMOKRASI PENUH KEPALSUAN

Pagi ini kubuka jendela kamarku, kulihat indahnya dunia hari ini dengan sedikit tetesan air dari langit, subhanalloh sungguh besar nikmat Alloh,,,
Tulisanku kali ini akan sedikit mengupas masalah demokrasi di negeri kita yang kata seorang temenku “Demokrasi Penuh Kepalsuan” wah, masa sih???yu mari kita kupas bersama,,

Demokrasi itu berasal dari kata Yunani, Demos berarti rakyat dan Kratos/Kratein berarti kekuasaan/berkuasa. Jadi jelas bahwa dalam konsepnya keadaan negara, sistem pemerintahan dan kedaulatannya berada di tangan rakyat dan kekuasaan tertinggi berada dalam kepututasan bersama rakyat. Mari kita lihat pinsip demokrasi salah satunya yaitu, adanya pemilihan umum yang bebas dan adanya kebebasan individu. Nah, apakah di negara kita ini prinsip demokrasi telah tercipta??? loh di negara kita kan rakyat gak punya kekuasaan,,jadi masih bisa dikatakan demokrasi??? loh di negara kita kan yang berkuasa cuma “Mereka-mereka”,,apa ini demokrasi??
Berbicara negara dan kekuasaan, yang menjadi perhatian pertama saya adalah kata "Presiden". Bagaimana seorang rakyat bisa menjadi presiden?. Menurut Undang-undang 1945, (singkatnya) syarat menjadi seorang Presiden dan wakil presiden adalah dicalonkan oleh partai atau gabungan partai politik. Jelas sudah, bagi kita semua yang tidak didukung oleh partai, "tidak akan bisa menjadi presiden!"

Katanya konsep "demokrasi" itu kan :
-dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat-
Di Indonesia, "demokrasi" itu :
-dari partai?, oleh rakyat, untuk penguasa?.-
Artinya:
*para penguasa negeri ini berasal "dari partai" lalu dipilih rakyat, dan pekerjaan mereka mengambil hak rakyat (korupsi)
*sebagai akibatnya, berbagai macam kesulitan sangat dirasakan "oleh rakyat" (dalam segala bidang): "masyarakat hidup susah"
*sementara disaat negara memiliki keuntungan, itu hanya "untuk penguasa" (pejabat&pengusaha) saja. Masyarakat tidak pernah kebagian.
Kata "dari rakyat" dalam konsep demokrasi diartikan secara salah di negeri ini : yaitu "disaat rakyat masuk ke dalam bilik suara lalu mencoblos/mencontreng orang-orang yang -katanya- akan mewakili rakyat (baik di dpd, dpr, ataupun presiden). Ironisnya, wakil2 rakyat itu tidak secara langsung ditentukan oleh rakyat (dari -aspirasi- rakyat) melainkan -lagi-lagi- ditentukan dari kebijakan partai dan orang kaya semacam pengusaha". Nantinya, uang para pengusaha inilah yang digunakan untuk membeli suara rakyat. Rakyat pun menerima saja, bukan karena mereka percaya terhadap si wakil dan partainya! melainkan karena himpitan ekonomi yang mendera.
Partai menentukan orangnya (calon pejabat) > Pengusaha yang membelinya (suara rakyat). Jelas sudah keuntungan dan kekayaan di negeri ini > hanya bagi para "pejabat dan pengusaha" mereka itu yang dinamakan "para penguasa" negeri. Padahal semestinya Rakyatlah "penguasa negeri" yang sesungguhnya. Apakah aku harus percaya pada teori? ataukah realita?
Aaaah, sekali lagi ku katakan "Demokrasi di negeri ini sungguh palsu!!! Ya, *Demokrasi penuh kepalsuan..."
Lantas apakah negara kita ini penganut “DEMOKRASI”???silahkan berpendapat masing masing..

Tulisan ini sedikit menyadur dari rekan seperjuangan, seakidah dan sekelas saya, terimakasih, untuk Kang Ihsan Ahmad Barokah, terimakasih kang untuk sharingnya pagi ini, saya masih harus banyak belajar dari akang,.. ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL ILMU NUURUN WAL JAHLU DHORUUN!!!

ALL ABOUT SKRIPSWEET! :)

MERAJUT HARAPAN UNTUK KOTAKU