Krisis Leadership

Keating (1986:9) mengatakan bahwa kepemimpinan itu adalah merupakan suatu proses atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan pemimpin adalah orang yang melaksanakan kepemimpinan.
Ketika kita berbicara mengenai kepemimpinan, semua orang pasti mengernyitkan keningnya. Entahlah, mereka (masyarakat) seakan sudah gak peduli bahkan gak mau tahu lagi tentang itu. Berbagai polemik yang kerap kali terjadi membuat mereka seperti ini, mereka seakan tak mau lagi ikut andil dalam masalah ini, padahal mereka mempunyai hak untuk bersuara, tapi kini mereka hanyalah korban, mereka tak lebih hanya sebagai budak yang terpaksa mengikuti keputusan "tuannya". Inilah krisis kepemimpinan, dimana seorang pemimpin tak lagi menjadi seorang pemimpin yang hebat, yang mengerti apa yang rakyat inginkan, yang bisa memberi kesejahteraan kepada rakyatnya, dan tentunya lebih mementingkan kepentingan pribadinya. Kita benar benar telah kehilangan figur pemimpin yang kita harapkan sehingga generasi penerus tidak mempunyai gambaran citra seorang pemimpin yang baik, padahal dalam pelajaran Kewarganegaraan yang kita pelajari sejak saat sekolah dasar kita diberikan pelajaran bagaimana jadi pemimpin yang baik, walaupun tidak secara gamblang dijelaskan namun itu cukup untuk menjadi pondasi awal.
Ini sudah menjadi fenomena global, tak hanya Indonesia yang mengalami hal semacam ini. Bahkan amerika yang katanya memiliki pemimpin hebat kelas dunia pun mengalami hal serupa. Namun dimana kah mereka?
Mungkin istilah "pemimpin" sudah tak lagi pantas untuk dikatakan "pemimpin" karena pada kenyataannya yang ada saat ini hanyalah seorang penguasa. Kenapa? karena mereka tak lagi menjalankan fungsinya sebagai pemimpin. Fenomena seperti ini tak hanya terjadi di kalangan atas tapi juga menjalar sampai ke kalangan terendah. Kita lihat saja, ketika seorang kepala pemerintah haus akan kekuasaannya ia akan semakin berambisi untuk memperoleh kekuasaannya, urusan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat hanya menjadi ocehan belaka karena ambisi mereka hanyalah kekuasaan bukan kesejahteraan rakyat. Disini jelas terlihat kalau pemimpin sudah kehilangan integritasnya sebagai elite politik yang profesional. Fenomena semacam ini sudah mendarah daging di negara kita.
Pemimpin kita seakan buta, untuk melihat setiap realita yang terjadi di negaranya. Mereka pura pura tak melihat bagaimana susahnya hidup orang orang pinggiran yang untuk mendapatkan sesuap nasi saja harus banting tulang kerja keras, sementara mereka bisa makan apapun yang mereka mau bahkan duduk di kursi kursi mewah. Cobalah, sekali saja mereka buta matanya, lihat rakyatnya banyak yang kelaparan, karena kelaparan akibatnya busung lapar menjalar di kalangan anak anak, bahkan ada yang mati. Apa mereka tak pernah berpikir sedikitpun tentang itu? Apa mereka tetap ingin memperkaya diri sementara banyak yang membutuhkan uluran tangan mereka?
Kita lihat lagi, polemik yang belakangan ini terjadi, dimana semua para anggota legislatif menuntut fasilitas yang luar biasa mewahnya, sementara berbagai masalah belum terselesaikan. Apa pantas mereka menggunakan fasilitas mewah tanpa profesionalitas?
Miris memang, tapi inilah kenyataannya. Hei bung, jadi pemimpin itu tanggung jawabnya luar biasa besar, anda telah menyadari itu bukan? Anda berani untuk menjadi seorang pemimpin berarti anda sudah tahu dong aturan main seorang pemimpin?
Well, banyak masalah akut dan kritis yang akhirnya bermuara pada krisis kepemipimpinan.
Keating (1986:9) menyatakan salah satu tugas seorang pemimpin itu mengalah. Mengalah dalam hal ini, yaitu mampu untuk mengubah dan menyesuaikan pendapat dan perasaan sendiri dengan orang orang yang dipimpinnya. Jelaslah bahwa, seorang pemimpin itu harus punya sikap profesional, berani mengalah dalam artian tidak mementingkan kepentingan individu. The great leaders are and always have been of service to their followers first.
Mengapa kita mengalami krisis kepemimpinan?
1. Elite politik lebih mengutamakan kepentingan pribadi.
2. Kemampuan organisasinya lemah
3. The right man on the right place.
4. Rendahnya SDM (Sumber Daya Manusia)

Krisis kepemimpinan adalah masalah yang urgent namun sulit untuk diminimalisir. Masalah ini akan terus menjalar selama tak ada keinginan untuk merubahnya dari jiwa jiwa mereka para elite politik untuk mengubahnya. Masalah ini akan semakin mewabah, mendarah daging dan turun temurun. Ini tantangan bagi kita semua wahai jiwa muda, kita harus bisa membentengi hati kita untuk terhindar dari sifat sifat yang akan merugikan orang banyak. Kita harus mulai memupuk diri kita dengan benteng keimanan, karena hanya itulah yang akan menyelamatkan kita terbebas dari perbuatan tercela ini.
Kita harus bangun dari tidur panjang ini wahai negaraku tercinta, kini sudah saatnya kita bangkit, membangunkan kembali revolusi yang tertatih tatih. Mungkin kesadaran untuk memperbaiki ini semua akan memerlukan waktu seumur hidup, tapi jangan pernah mengalah untuk memulai perjalan panjang yang memakan waktu seumur hidup ini.
Kita berdo'a, agar IA menggerakan hati mereka agar mereka sadar akan tanggung jawab yang mereka emban. :)

Di keheningan malam, kota Cimahi.
Thursday, 13 okt'11 (10.40 p.m.)

Komentar

  1. cerdas... dan kritis..!!

    salut buat ukthy aira untuk ulasan kepemimpinannya.

    BalasHapus
  2. terima kasih akh,,, :)
    saya sedang mencoba belajar menulis... :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL ILMU NUURUN WAL JAHLU DHORUUN!!!

ALL ABOUT SKRIPSWEET! :)

MERAJUT HARAPAN UNTUK KOTAKU